Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Kain Tradisional Rongkong part 3, Makna Motif pada Kain Tenun Rongkong

Motif Kain Tenun Rongkong
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

GO-SINARBULAN.COM – Info Seni & Budaya kali ini akan membawa kita ke salah satu daerah yang cukup unik  di Kab. Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini dikenal dengan keindahan alamnya, destinasi wisatanya, terlebih lagi dengan keragaman budayanya. Siapa yang tidak kenal dengan Rongkong? Rongkong adalah sebuah wilayah kecamatan dalam hal ini Kecamatan Rongkong yang terletak di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah dengan julukan Tana Masakke' ini memiliki adat-istiadat dan tradisi yang masih terus dipertahankan serta dipelihara hingga saat ini, salah satu diantaranya adalah Kain Tradisionalnya dalam hal ini Kain Tradisional Rongkong.

Pada postingan sebelumnya yaitu Mengenal Kain Tradisional Rongkong Part 1 tertanggal 16 November 2022 (dapat dilihat pada https://bit.ly/3GsMOPE , membahas tentang perbedaan 2 jenis kain tradisional rongkong yaitu Kain Tenun Rongkong dan Kain Roto Rongkong. Selanjutnya mengenal kain Tradisional Rongkong Part 2 tertanggal 26 November 2022 dapat dilihat pada https://bit.ly/3jsxRE8 , Membahas tentang Jenis Kain Tenun Rongkong. Nah “Mengenal Kain Tradisional Rongkong part 3” ini akan membahas beberapa motif serta makna dari setiap motif yang ada pada Kain Tenun Rongkong.

MOTIF PADA KAIN TENUN RONGKONG BESERTA MAKNANYA

Kain Tradisional Rongkong (Tannun Rongkong) memiliki beraneka ragam motif. Setidaknya ada 14 ragam motif  akan diuraikan pada part ini dimana masing-masing motif memiliki makna tersendiri yang mengandung nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

1. Sekong Sirenden Sipomandi’

Motif Sekong Sirenden Sipomandi’
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Motif Sekong Sirenden Sipomandi’ memiliki bentuk yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, sambung-menyambung dan tidak putus. Motif ini memiliki makna persatuan dan kesatuan yang terjalin kuat. menggambarkan pentingnya tali persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat, saling memupuk, menjaga kebersamaan dan saling bergandengan tangan dalam mengarungi bahtera kehidupan.

2. To Ma’lemba’

Motif To Ma’lemba’
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Motif To Ma’lemba’ melambangkan suatu keadilan. Di sini tanggung jawab yang sangat besar diemban oleh pemangku adat yang digelar sebagai Tomokaka. Dalam hal ini seorang pemangku adat harus adil dan bijak dalam mengambil keputusan, dalam kondisi apa pun. Misalnya ketika hendak menjatuhkan sanksi kepada orang-orang yang melanggar hukum adat di wilayah kekuasaannya. (Dalam bahasa sastra daerah Rongkong berbunyi “Sangka’ tang dipa’kamasean, ada’ tang dipa’kabirisan”, yang artinya siapapun yang bersalah tetap dijatuhi sanksi sesuai aturan hukum yang berlaku.

3. Bunga Rissin

Motif Bunga Rissin
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Ciri khas dari motif Bunga Rissin ini adalah posisinya yang mengelilingi motif lain sehingga akan menambah keindahan motif-motif yang dikelilinginya tersebut. Motif ini berbentuk bunga yang sedang mekar yang dipercantik dengan helai-helai bunganya. Motif ini menggambarkan adanya berbagai macam seni dan budaya di tengah masyarakat yang dapat menciptakan keindahan dan keharmonisan dalam kehidupan

4. Baran-baran

Motif Baran-baran
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Baran-baran dalam bahasa Rongkong adalah Hewan peliharaan. Motif ini biasanya berbentuk hewan peliharaan yaitu ayam, kerbau, kuda, dll) yang menggambarkan bahwa kita wajib menjaga kelesatarian lingkungan sekitar terutama dengan adanya hewan. Hewan-hewan tersebut harus dijaga dan diperlihara dengan baik sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kita sebagai umat manusia tidak dianjurkan untuk berlaku semena-mena terhadap hewan, harus dijaga dan digunakan sebagaimana mestinya untuk kebutuhan umat manusia yang senantiasa menggunakan hewan tersebut pada berbagai hal dalam kehidupan. Sebagai contoh: 

  • Kuda biasa digunakan sebagai alat angkut pengganti kendaraan yang ada saat ini. Dapat ditunggangi dan digunakan untuk mengangkut barang-barang dari kota untuk kebutuhan sehari-hari, mengankut hasil panen, dll
  • Kerbau dapat digunakan untuk menbantu para petani membajak sawah yang oleh masyarakat Rongkong lebih dikenal dengan istilah "mangngidak". Selain itu juga digunakan pada saat kegiatan hajatan misalnya dipotong saat acara adat, acara pernikahan dll.
  • Ayam biasa digunakan pada acara-acara tertentu misalnya acara berdoa dalam berbagai hal, ma'rampang (suatu acara yang digelar saat panen tiba), persembahan kepada tamu-tamu agung yang datang di daerah ini, dll

Para leluhur membuat motif hewan dalam tenunan sebagai gambaran bahwa hewan juga merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan yang harus dipelihara dan dijaga dengan baik.

5. Bua-Bua

Motif Bua-Bua
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Bua-Bua ini merupakan sebuah motif yang menggambarkan bahwa masyarakat di Rongkong Tana Masakke dalam mengambil suatu keputusan selalu melaksanakan musyawarah untuk memperoleh mufakat yang dikenal dengan istilah ma’bua kalebu.

6. Sora

Motif Sora
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Sora merupakan salah satu motif yang ada pada kain tenun Rongkong dimana posisinya terletak pada ujung kain. Bentuknya runcing seperti ujung tombak, ukurannya bervariasi (ada yang besar dan ada yang kecil). Motif ini memiliki makna sebagai benteng pertahanan yang menggambarkan bahwa masyarakat di wilayah Rongkong akan senantiasa dijaga keutuhan dan keamanannya dari setiap penjuru.

7. Guntu’ Batik

Motif Guntu’ Batik
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Motif Guntu’ Batik ini terletak pada pinggir Kain Tannun Rongkong (mangapit motif-motif yang lain). Motif ini menggambarkan bahwa kerukunan dan kekeluargaan di tengah masyarakat harus selalu dijaga, jangan sampai terpengaruh oleh pihak-pihak yang hendak merusak persatuan dan kesatuan.

8. Bunga Bau

Motif Bunga Bau
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Bunga Bau merupakan salah satu motif yang ada pada Kain Tenun Rongkong, terletak pada pinggir kain (bagaikan pagar yang membingkai dan menghiasi motif-motif yang lain). Motif ini menggambarkan pentingnya sikap saling menjaga, saling melengkapi dan menciptakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan di antara kita.

9. Pori Ta’tak

Motif Pori Ta’tak
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Motif Pori Ta’tak berfungsi sebagai pembatas antara motif yang satu dengan motif lainnya. Motif ini menggambarkan bahwa dalam bermasyarakat kita harus pintar-pintar membawa diri dalam pergaulan, pintar-pintar membawa diri dan memposisikan diri antara yang lebih tua dengan yang muda, antara orangtua dengan anak, antara pemimpin dengan yang dipimpin, dsb. Kita harus tau batas-batas pergaulan, tau menempatkan dan menyesuaikan diri. Dalam Bahasa Sastra Rongkong berbunyi “Unnissan lau’na eran, umbilang tono’na papa”  yang bermakna bahwa “Yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang muda”.

10. Lampa-Lampa

Motif Lampa-Lampa
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Lampa merupakan bambu besar yang terdiri dari 3 sampai 4 ruas yang panjangnya  ±2 meter. Pada masa lampau, lampa sangat dibutuhkan oleh masyarakat Rongkong untuk mengambil/ mengangkut air dari sumbernya, karena saat itu belum ada ember ataupun sejenisnya.

Lampa-Lampa merupakan motif yang memiliki bentuk lurus memanjang (gambaran dari Lampa), terletak pada bagian luar kain.  Maknanya adalah bahwa air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari, dimana masyarakat, hewan dan tumbuhan tidak akan bisa hidup tanpa air, Sehingga keberadaan air harus senantiasa dijaga jangan sampai tercemar oleh hal-hal yang dapat merusak kehidupan.

11. Tau-Tau

Motif Tau-Tau
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Tau-Tau adalah motif yang berbentuk orang-orangan yang beriringan/bergandengan tangan. Motif Tau-Tau memiliki makna bahwa apabila terjalin rasa persatuan, kesatuan, dan kerukunan masyarakat di bawah pimpinan pemangku adat yang bergelar Tomokaka, yang mengayomi masyarakatnya dengan hati yang ikhlas dan penuh kasih, maka hasil pertanian, peternakan, dan hasil-hasil usaha lainnya akan terus meningkat untuk menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat.

12. Sumpe-Sumpe

Motif Sumpe-Sumpe
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Sumpe adalah sebuah alat yang terbuat dari kulit anoa kering berukuran sekitar 15x25 cm, memiliki tali di samping kiri dan kanan yang berukuran panjang sekitar 40 cm. Oleh para leluhur, alat ini digunakan sebagai alat pelindung saat duduk, dengan cara talinya diikatkan di pinggang dan posisi sumpenya berada pada bagian belakang. Alat ini digunakan saat berpergian untuk bekerja (misalnya ketika berburu di hutan, menyadak getah damar di hutan, berkebun dan lain-lain). Pada jaman dahulu, Sumpe merupakan alat kebutuhan utama dalam bekerja mencari nafkah sehingga dijadikan sebagai salah satu motif dalam tenunan yang diberi nama Sumpe-Sumpe.

Makna dari motif sumpe-sumpe ini adalah dalam bekerja kita harus senantiasa memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (yang jaman sekarang diistilahkan sebagai K3), sehingga apa yang kita kerjakan dapat memperoleh hasil sesuai harapan.

13. Guliling

Motif Guliling
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Motif Guliling merupakan sebuah motif yang bermakna bahwa di tengah kehidupan bermasyarakat, pemimpin yaitu pemangku adat (Tomokaka), perlu dijaga keselamatannya agar tetap berdiri tegak di tengah masyarakat dan dapat mengayomi masyarakatnya dengan baik.

14. Paduk-Paduk

Motif Paduk-paduk
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

Paduk-paduk merupakan sebuah tanaman yang oleh masyarakat umum dikenal sebagai Kantong Semar atau Periuk Monyet. Tanaman ini memiliki buah yang di dalamnya menyimpan air, banyak dijumpai di daerah Rongkong, termasuk tanaman liar yang tumbuh subur di daerah ini. Motif paduk-paduk pada kain Tannun Rongkong memiliki makna bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan air, sehingga air perlu dijaga dan digunakan seperlunya.

Demikian informasi tentang “Mengenal Kain Tradisional Rongkong Kab. Luwu Utara part 3 dengan tema “Motif yang terdapat pada Kain Tenun Rongkong serta maknanya. Nantikan "Mengenal Kain Tradisional Rongkong Luwu Utara Part 4)

Semoga Bermanfaat 🙏

Sumber : Tokoh Adat Rongkong, Hj. Wajallangi (Tomokaka Limbong)

2 comments for "Mengenal Kain Tradisional Rongkong part 3, Makna Motif pada Kain Tenun Rongkong"

  1. Assalamualaikum... Sy Mahasiswa S3 Univ.Neg.Jogja tapi org Luwu Utara. Dan berniat utk melakukan penelitian mengenai tenun rongkong ..Kalau boleh tau pemilik website ini siapa ya? Tulisan2 dsini sangat membantu sy.. tp sy ingin meminta izin terlebih dahulu kpd pemiliknya sbg sumber penelitian sy .. terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waalaikumsalam ...Terima Kasih sdh berkunjung ke blog ini. Pemilikx Putra Daerah Rongkong Lutra yang juga salah satu pelaku pembuatan kain tradisional rongkong khusus Kain Roto Rongkong. Untuk saat ini isi blogx masih campur2. Rencana ke depan akan dibuat blog baru yang isinya khusus tentang Rongkong termasuk Bahasa Rongkong. Mkx ttg kain tradisional rongkong ini lanjutanx masih terpending. Akan berlanjut di blog baru nantix. Khusus untuk Bahasa Rongkong, sebenarnya sdh buat kamus namun belum dipublish. Doain yaa smg diberi waktu yg lowong biar bisa menggarap blog khusus Rongkong 🙏

      Delete