Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

INDUSTRI PERTAMBANGAN DENGAN KARAKTERISTIKNYA

  

Lokasi Penambangan Marmer, Maros Sulsel
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

           Industri Pertambangan merupakan suatu industri yang dalam proses kegiatannya memiliki rentang waktu yang panjang dimana dalam prosesnya kegiatan ini akan dikerjakan melalui tahap demi tahap hingga suatu ketika bisa memperoleh hasil yang diharapkan. Kegiatan ini cukup unik dan penuh tantangan. Bagi kebanyakan orang, bekerja di tempat ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri karena disamping merupakan industri yang bergengsi, juga dapat memberikan pundi-pundi rupiah yang menjanjikan.

           Industri Pertambangan memiliki karakteristik tersendiri dibanding dengan industri-industri lain dan hal inilah yang menjadi ciri khususnya. Tentu banyak di antara kita yang belum mengetahui tentang hal ini. Nah pada kesempatan ini GO-SINARBULAN.COM akan mencoba menguraikan sedikit tentang hal tersebut.

           Ada beberapa hal yang membuat industri ini memiliki ciri khusus dibanding dengan industri-industri lain, diantaranya :

1. Dari Segi Modal.

           Untuk mendirikan industri Pertambangan tentunya butuh modal besar yang harus dikeluarkan baik sebelum berproduksi, saat berproduksi, dan bahkan pada pasca tambang, yang membuat industri ini lain dari industri lainnya. Sebelum berproduksi, industri ini harus terlebih dahulu melakukan beberapa tahapan, mulai dari kegiatan prospeksi, eksplorasi, evaluasi, perencanaan, pembangunan infrastruktur termasuk didalamnya akses jalan tambang, mess karyawan, fasilitas komunikasi, lanjut pada kegiatan clearing hingga pengupasan over burden. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah mengeluarkan biaya yg tak terhitung jumlahnya sementara belum ada hasil yg bisa dipasarkan.   

           Setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan penambangan (eksploitasi) yang dilanjutkan dengan pengolahan hingga pemasaran. Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang sangat dinantikan pada pelaku industri, dimana pundi-pundi rupiah sudah mulai kelihatan. Namun pada awal-awal produksi, hasil dari industri ini harus digunakan untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan sebelumnya, hingga pada saatnya akan memperoleh keuntungan sesuai harapan.

           Setelah endapan berharga yang menjadi sasaran kegiatan ini sudah selesai dieksploitasi, kegiatan selanjutnya adalah pemulihan lahan bekas tambang atau yang lasim diistilahkan sebagai reklamasi tambang. Kegiatan ini juga merupakan kegiatan yang membutuhkan biaya besar walaupun sudah tidak ada hasil yang bisa dipasarkan.

Nah disini dapat dilihat bahwa untuk mendirikan Industri Pertambangan harus siap dengan modal besar. Tanpa modal besar, mustahil  industri ini dapat didirikan. Maka tak heran kalau industri ini disebut sebagai industri yang padat modal. 

2.  Terkait Teknologi.

          Industri Pertambangan dalam penanganannya memerlukan teknologi yang tinggi.  Mulai dari proses pencarian endapan berharganya sudah menggunakan teknologi yang canggih dari tahap ke

tahap. Lanjut pada kegiatan pengambilan endapannya pun tak lepas dari hal teknologi, sampai pada pengolahannya.  Tak dapat dipungkiri bahwa teknologi dari masa ke masa selalu berkembang seiring dengan perkembangan jaman sehingga pengelolaan industri ini tentu akan mengikuti perkembangan teknologi, sehingga kadang untuk menambang bahan galian yang sama, bisa saja menggunakan teknologi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan karena adanya kemajuan teknologi dari masa ke masa. 

           Selain itu letak dan posisi bahan galian juga berpengaruh terhadap teknik pengambilannya. Sebagai contoh, bahan galian yang letaknya dekat dengan permukaan, dalam pengambilannya akan memilih sistem penambangan terbuka, sedangkan bahan galian yang letaknya jauh di bawah permukaan tentunya akan menggunakan metode penambangan bawah tanah. Dua metode ini akan menggunakan teknik dan peralatan yang berbeda dalam pelaksanaannya. 

          Tak hanya itu, masih banyak hal yang membuat industri ini memiliki keanekaragaman teknik dalam pelaksanaannya, termasuk sebaran endapannya, bentuk topografi, keadaan geologi dan masih banyak aspek, termasuk dari segi prngolahannya yang tentunya butuh teknologi yang tinggi. Tak heran apabila industri ini juga disebut sebagai industri yang padat teknologi. Walaupun banyak teknologi baru yang bermunculan, namun dalam pelaksanaannya diharapkan dapat menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

          Kadang juga endapan yang tadinya tidak layak untuk ditambang dari hasil eksplorasi yang melalui studi kelayakan, dapat berubah menjadi layak karena adanya kemaajuan teknologi.

3. Dari Segi SDM

         Industri Pertambangan merupakan industri yang sangat kompleks sehingga melibatkan hampir semua bidang keilmuan. Mulai dari ilmu geologi, eksplorasi, eksploitasi, metalurgi, lingkungan, mekanik dan eletrik. Tidak hanya itu, industri ini juga melibatkan disiplin ilmu manajemen, komunikasi, ekonomi, hukum, sosial budaya, dan masih banyak lagi disiplin-disiplin ilmu lainnya. Seperti pada kegiatan revegetasi yang tentunya akan melibatkan disiplin ilmu dibidang pertanian, apabila reklamasinya dijadikan empang ataupun kebun binatang, tentunya akan menghadirkan disiplin ilmu yang sesuai.

4. Dari Segi Tempat Didirikannya

Lokasi Penambangan Nikel, Lasusua Sultra
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

          Tidak seperti industri-industri lain yang dapat menentukan dan memilih tempat yang strategis dan sesuai untuk didirikan, namun Industri Pertambangan tidak bisa memilih tempat. Keterdapatan endapan yang ada di kerak bumi bersifat tidak merata. Sehingga Industri ini hanya bisa didirikan di tempat yang mengandung bahan galian yang ekonomis (mengikuti keberadaan endapan yang layak dieksploitasi). Dengan kata lain, dimana ada bahan galian yang prospek dan layak untuk ditambang, maka disitulah industri ini bisa didirikan yang tentunya dengan mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku.

5. Objeknya tidak dapat diperbaharui sehingga umur produksinya terbatas

          Keberadaan industri ini hanya sekali di tempat yang sama. Apabila objek yang jadi sasaran dalam hal ini bahan galiannya sudah habis terambil, maka tidak akan ada lagi gantinya di tempat yang sama dan industri ini pun akan berakhir di tempat tersebut. Untuk melanjutkan usahanya,  pelaku usahanya tersebut akan mencari tempat baru yang prospek untuk ditambang. Lain halnya dengan industri-industri lain yang apabila produknya sudah habis terjual, maka pelaku usahanya akan kembali membuat produk baru di tempat yang sama. Industri tekstil misalnya, walaupun hasilnya sudah habis terjual, industri ini akan tetap melanjutkan usahanya di tempat yang sama dengan kembali menyiapkan bahan-bahan baku untuk diolah menjadi produk-produk berikutnya. Sama halnya dengan usaha empang, saat ikannya sudah panen dan habis terjual, pelaku usaha ini akan kembali menebar bibit-bibit baru untuk produk berikutnya di tempat yang sama. Hal inilah yang lasim disebut “Non Renewable”(tak terbarukan)

6. Memiliki Resiko yang Tinggi

Lokasi Penambangan Nikel, Morowali Sulteng
(Foto : Dokumentasi Pribadi)

          Jika dilihat dari jenis-jenis dan lokasi kegiatannya, kegiatan Pertambangan sangatlah rentan terhadap resiko. Sebagai contoh untuk penambangan bawah tanah, ada beberapa resiko kerja yang mungkin saja dapat terjadi, di antaranya sbb:

a. Keberadaan gas berbahaya dan beracun.

Melihat kondisi kerja yang terbatas dengan keterbatasan udara segar, maka tak dapat dipungkiri kalau pada daerah tersebut rentan terhadap keberadaan gas-gas berbahaya dan beracun. Gas-gas tersebut dapat berasal dari kegiatan peledakan, dapat pula dari hasil pembakaran yang tidak sempurna oleh mesin-mesin diesel yang dioperasikan pada daerah tersebut. Apabila hal ini tidak ditangani dengan baik, maka dapat berujung pada keadaan yang fatal, misalnya terjadinya keracunan pada para pekerja, terjadinya kebakaran oleh keberadaan gas-gas yang mudah terbakar, dan bahkan dapat menyebabkan ledakan oleh gas-gas yang mudah meledak.

b. Terjadinya runtuhan.

Runtuhan pada kegiatan tambang bawah tanah sangat rentan terjadi, apalagi kalau lokasinya tidak dengan pengamanan yang ekstra. Bila terjadi gempa bisa saja berakibat pada keruntuhan yang bakal menimbun para pekerja yang ada di dalamnya. Selain itu keruntuhan juga dapat terjadi akibat kegiatan peledakan yang dilakukan tidak tepat sasaran.

c. Terjadinya banjir

Seperti beberapa hal di atas, banjir juga kerap mengancam kegiatan tambang bawah tanah. Misalnya pada kegiatan peledakan, apabila dilakukan tanpa memperhitungkan berbagai hal, maka kegiatan ini dapat menyebabkan kebocoran yang akan berakibat banjir pada daerah tersebut dan dapat mengancam nyawa para pekerja yang ada di dalamnya.

d. Adanya debu.

Tambang bawah tanah rentan terhadap debu yang mengandung unsur-unsur berbahaya. Misalnya debu batubara yang mengandung H2S, apabila tidak dengan penanganan yang baik, dapat berdampak pada paru-paru para pekerja yang ada di dalamnya. Dan masih banyak lagi resiko kerja yang dapat terjadi pada tambang bawah tanah

           Selain resiko kerja pada tambang bawah tanah tersebut, tambang terbuka pun memiliki resiko kerja yang besar. Sebagai contoh terjadinya batu melayang (fly rock) pada kegiatan peledakan, munculnya gas-gas beracun dan debu-debu berbahaya, adanya bahan-bahan kimia terjadinya longsoran, banjir, pencemaran terhadap lingkungan sekitar dll. Bahkan kecelakaan dari penggunaan peralatan mekanis pun kerap terjadi pada kedua sistem penambangan tersebut.

           Resiko tinggi terjadi bukan hanya saat pada tahap penambangannya, namun ada beberapa resiko-resiko lain yang dapat terjadi diantaranya resiko geologi/eksplorasi, pengolahan, lingkungan, politik dan resiko sosial (terkait tuntutan masyarakat setempat yang tinggi dapat mengakibatkan ketidakstabilan sosial yang berujung pada terganggunya operasi pertambangan). 


1 comment for "INDUSTRI PERTAMBANGAN DENGAN KARAKTERISTIKNYA"

  1. Sangat bermanfaat untuk membantu mengetahui lebih banyak tentang karakteristik industri pertambangan

    ReplyDelete